Mengenal
Lebih Dekat Basis Pendidikan Karakter
Pesantren
menduduki posisi yang unik dalam dunia pendidikan di Indonesia. Salah satu hal
unik yang mendapat banyak pujian adalah keberhasilannya dalam menanamkan
pendidikan karakter. Sehingga tidaklah mengherankan jika dalam beberapa tahun
terakhir ini banyak pakar pendidikan tertarik
mengadopsi pola pendidikan pesantren ke dalam pendidikan umum.
Keberhasilan
pendidikan karakter di pesantren ini
tidak lahir di ruang hampa tetapi merupakan sebuah pola pendidikan yang
dikembangkan secara konsisten dalam semua aspeknya. Misalnya saja keteladanan,
sopan santun, kesederhanaan, kemandirian, pemahaman dan pendalaman ilmu agama
serta masih banyak aspek lainnya.
Ada banyak
pelajaran penting tentang pendidikan karakter yang penulis tangkap. Misalnya
saja saat salah seorang guru mengataan tentang betapa beratnya tantangan
mendidik anak di zaman sekarang ini “Di sini semua santri kita ajarkan ilmu
agama, kita biasakan disiplin, tertib, sopan, tapi pembiasaan itu tidak mudah
karena pembiasaan yang berbulan bulan itu terkadang bisa juga luntur saat
mereka pulang liburan beberapa minggu. Masih menurut guru tersebut “Itulah
mengapa mengasramakan mereka menjadi hal penting dimana kita bisa memonitor 24
jam, bayangkan jika mereka ngekos di luar kita tidak tahu aktifitas mereka”.
Dari situ kita
bisa mengambil banyak pelajaran penting misalnya saja pendidikan yang baik
mengharuskan adanya pembiasaan pembiasaan baik, yang harus pula dilakukan
secara konsisten. Monitoring juga menjadi kata kunci yang tampaknya tidak mudah
dilakukan oleh lembaga pendidikan manapun jika tidak dilakukan dengan
mengasramakan peserta didik. Sehingga tidaklah mengherankan jika mengasramakan
menjadi salah satu keunggulan pendidikan pesantren.
Pendidikan
karakter seperti ini penting dan ironisnya sering kita lupakan. Bukankah
sesuatu hal yang esensial tetap berusaha berdiri di atas kemampuan diri sendiri
(berdikari), percaya diri, dan mengedepankan kesederhanaan dan ketegasan.
Bukankah teramat banyak kehancuran yang diawali dari istilah membantu yang ujung
ujungnya menjerat dan akhirnya menjadi beban yang teramat berat. Juga teramat
banyak kerugian yang ditimbulkan dari sebuah ketidaktegasan (karakter tidak
tegas). Risalah kenabian yang di pelajari di pesantren yang mengajarkan
pentingnya bersikap jelas dan tegas tentu akan membentuk karakter yang unggul
juga. Santri diajarkan untuk mampu membuat batasan yang jelas misalnya saja
tentang halal haram, yang boleh dan yang tidak boleh bukankah risalah kenabian
itu juga jelas yang haram itu jelas dan yang halal itu juga jelas. Santri juga
diajarkan mengatakan yang benar meskipun itu pahit
Bukankah salah
satu esensi penting dalam hidup adalah menjadi manusia yang mampu memberikan
manfaat pada orang lain. Dimana hal itu akan lebih maksimal jika dilakukan oleh
orang orang yang terdidik. Sehingga semakin berpendidikan tinggi semestinya
seseorang bisa semakin dekat dan menyelami permasalahan permasalahan masyarakat
bukan justru sebaliknya menjadi pribadi layaknya menara gading yang susah
dijangkau dan mengambil jarak dengan masyarakat.
Tentu masih
banyak hal menarik jika berbicara tentang
pesantren, namun kali ini bisa kita bisa mengambil benang merah yakni
ada begitu banyak pendidikan karakter unggul yang telah dibudayakan di sana
sejak ratusan tahun lalu. Dimana hal tersebut mempertegas dan memperjelas
posisi pesantren dalam pembangunan karakter bangsa selama ini.
Masih menurut
Mendiknas Dia menyatakan, pada 2011 pendidikan karakter akan dijadikan gerbang
untuk menanamkan karakter mulai dari sekolah. Kita tunggu saja realisasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar