Kamis, 24 Oktober 2013

Bhs. Indonesia (Tulisan Softskill)


Mengenal Lebih Dekat Basis Pendidikan Karakter

Pesantren menduduki posisi yang unik dalam dunia pendidikan di Indonesia. Salah satu hal unik yang mendapat banyak pujian adalah keberhasilannya dalam menanamkan pendidikan karakter. Sehingga tidaklah mengherankan jika dalam beberapa tahun terakhir ini banyak pakar pendidikan tertarik  mengadopsi pola pendidikan pesantren ke dalam  pendidikan umum.
Keberhasilan pendidikan karakter di pesantren  ini tidak lahir di ruang hampa tetapi merupakan sebuah pola pendidikan yang dikembangkan secara konsisten dalam semua aspeknya. Misalnya saja keteladanan, sopan santun, kesederhanaan, kemandirian, pemahaman dan pendalaman ilmu agama serta masih banyak aspek lainnya.
Ada banyak pelajaran penting tentang pendidikan karakter yang penulis tangkap. Misalnya saja saat salah seorang guru mengataan tentang betapa beratnya tantangan mendidik anak di zaman sekarang ini “Di sini semua santri kita ajarkan ilmu agama, kita biasakan disiplin, tertib, sopan, tapi pembiasaan itu tidak mudah karena pembiasaan yang berbulan bulan itu terkadang bisa juga luntur saat mereka pulang liburan beberapa minggu. Masih menurut guru tersebut “Itulah mengapa mengasramakan mereka menjadi hal penting dimana kita bisa memonitor 24 jam, bayangkan jika mereka ngekos di luar kita tidak tahu aktifitas mereka”.
Dari situ kita bisa mengambil banyak pelajaran penting misalnya saja pendidikan yang baik mengharuskan adanya pembiasaan pembiasaan baik, yang harus pula dilakukan secara konsisten. Monitoring juga menjadi kata kunci yang tampaknya tidak mudah dilakukan oleh lembaga pendidikan manapun jika tidak dilakukan dengan mengasramakan peserta didik. Sehingga tidaklah mengherankan jika mengasramakan menjadi salah satu keunggulan pendidikan pesantren.
Pendidikan karakter seperti ini penting dan ironisnya sering kita lupakan. Bukankah sesuatu hal yang esensial tetap berusaha berdiri di atas kemampuan diri sendiri (berdikari), percaya diri, dan mengedepankan kesederhanaan dan ketegasan. Bukankah teramat banyak kehancuran yang diawali dari istilah membantu yang ujung ujungnya menjerat dan akhirnya menjadi beban yang teramat berat. Juga teramat banyak kerugian yang ditimbulkan dari sebuah ketidaktegasan (karakter tidak tegas). Risalah kenabian yang di pelajari di pesantren yang mengajarkan pentingnya bersikap jelas dan tegas tentu akan membentuk karakter yang unggul juga. Santri diajarkan untuk mampu membuat batasan yang jelas misalnya saja tentang halal haram, yang boleh dan yang tidak boleh bukankah risalah kenabian itu juga jelas yang haram itu jelas dan yang halal itu juga jelas. Santri juga diajarkan mengatakan yang benar meskipun itu pahit
Bukankah salah satu esensi penting dalam hidup adalah menjadi manusia yang mampu memberikan manfaat pada orang lain. Dimana hal itu akan lebih maksimal jika dilakukan oleh orang orang yang terdidik. Sehingga semakin berpendidikan tinggi semestinya seseorang bisa semakin dekat dan menyelami permasalahan permasalahan masyarakat bukan justru sebaliknya menjadi pribadi layaknya menara gading yang susah dijangkau dan mengambil jarak dengan masyarakat.
Tentu masih banyak hal menarik jika berbicara tentang  pesantren, namun kali ini bisa kita bisa mengambil benang merah yakni ada begitu banyak pendidikan karakter unggul yang telah dibudayakan di sana sejak ratusan tahun lalu. Dimana hal tersebut mempertegas dan memperjelas posisi pesantren dalam pembangunan karakter bangsa selama ini.
 Tampaknya tidak terlalu berlebihan dan cukup logis jika menyimak pernyataan Mendiknas M Nuh dalam seminar nasional pendidikan karakter bangsa melalui pola pendidikan pesantren yang dihelat tahun lalu di Jakarta. Ia mengatakan bahwa pola-pola pendidikan berbasis karakter yang berkembang di pondok pesantren dinilai berhasil. Sehingga Kementerian Pendidikan Nasional ingin memasukkan tradisi pendidikan pesantren ke sekolah umum.
Masih menurut Mendiknas Dia menyatakan, pada 2011 pendidikan karakter akan dijadikan gerbang untuk menanamkan karakter mulai dari sekolah. Kita tunggu saja realisasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar